Christian
Religious Education, Pendidikan Agama Kristen, Berbagi Cerita & Visi Kita
Prof. Thomas H. Croome[1]
By: Jeffrit Kalprianus Ismail
Inti Sari Buku
Apakah kita terpanggil untuk mengajar?
Bagaimana faktor-faktor sosial – tekanan-tekanan sosial, kemiskinan, politik –
mempengaruhi apa yang kita ajarkan, bagaimana kita mengajarkan, dan bagaimana
orang mempelajarinya? Siapa saja naradidik kita? Apa yang mereka pelajari, dan
kapan mereka siap mempelajarinya? Setelah kita memahami hal-hal dasar ini,
bagaimana kita dapat memfasilitasi suatu pengalaman edukatif yang memiliki kuasa
untuk membentuk dan mentransformasi umat dan masyarakat di dalam kehidupan
beriman yang mau berbagi kehidupan?
Di dalam bukunya ini, Thomas Groome
bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok ini sambil menyodorkan suatu
sejarah, teori, dan praktek modern dari pendidikan agama, yang terintegrasi
secara komprehensif, yang berguna bagi para naradidik generasi baru.
Pendekatannya yang bersifat refleksi diri sendiri ini – yang ia sebut dengan
istilah shared praxis,[2]
berbagai praksis – akan menginspirasi guru-guru sekolah, para naradidik di
kelas pendidikan agama, pendeta dan pastor, orangtua, dan pengajar agama di
gereja-gereja lokal yang ingin memahami dirinya sendiri, misinya, dan hal-hal
di sekitarnya demi memberi penjelasan, membentuk, dan mentransformasi kehidupan
naradidik mereka.
Karena pendidikan agama Groome telah
dilakukan dalam tradisi dan komunitas iman Kristen Katolik, maka ia memilih
judul Christian Religious Education (Pendidikan
Agama Kristen) untuk apa yang hendak ia refleksikan dalam karyanya ini.Ia
berharap refleksi-refleksinya dapat menggema dalam hati para pendidik agama
dari tradisi-tradisi yang lain, khususnya dari tradisi Yahudi.
Pertanyaan “Apa yang sedang kamu
lakukan?” telah menjadi pertanyaan utama yang kemudian menimbulkan lima pertanyaan
mendasar yang lain. Selama bertahun-tahun Groome melakukan praksis dan riset
teoretis, ia telah berada pada posisi yang sedikit lebih baik untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, dengan membentuk enam pertanyaan, yang
dicirikan oleh kata ganti Tanya mereka – apa, mengapa, di mana, bagaimana,
kapan, dan siapa – telah membentuk enam bagian inti buku ini:
Bagian I Hakikat
Pendidikan Agama Kristen (Apa)
Bagian II Tujuan Pendidikan Agama Kristen (Mengapa)
Bagian III Konteks Pendidikan Agama Kristen (Di mana)
Bagian IV Pendekatan Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Praksis
(Bagaimana)
Bagian
V Kesiapan bagi Pendidikan Agama
Kristen dengan Berbagi Praksis (Kapan)
Bagian
VI Mitra-mitra dalam Pendidikan
Agama Kristen (Siapa)
Buku ini ditujukan tidak hanya bagi
pendidik agama saja, tetapi bagi kalangan professional dan nonprofessional yang
tertarik untuk mengajukan dan mereflesikan pokok-pokok persoalan mendasar dalam
bidang pendidikan agama. Para pembaca dituntut untuk berhenti sejenak, bergumul
dengan ide-ide, dan membuat keputusan – para pembaca memiliki tugas yang berat.
Mempertimbangkan tantangan dan kesulitan tugas kita, kita tidak dapat
mengharapkan untuk melaksanakannya dengan mudah.
Perjalanan kearah iman yang dewasa
menuntut perjuangan dan “pergumulan” tertentu. Untuk mencapai identitas
religious kita wajib bergumul – seperti Yakub pada zaman dahulu – dengan diri
kita, dengan masa lampau kita, dengan masa kini kita, dengan masa yang akan
datang kita, dan bahkan dengan Allah kita (lih. Kej.32:22-32). Pergumulan kita
berada di level pokok-pokok persoalan dan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang
diajukan oleh upaya itu sendiri. Cara-cara kita menjawab akan berbeda-beda dari
satu tempat peziarahan kita ke tempat yang lain, tetapi pokok-pokok
persoalannya tetaplah sama. Situasi ini akan terus berlangsung sampai datangnya
pemerintahan Allah yang sempurna, demikian kesimpulan praksis Thomas H. Groome
dalam buku ini – semoga bermanfaat!
[1] Thomas H. Groome adalah Profesor
Teologi dan Pendidikan Agama di Boston College dan di situ ia juga merupakan
seorang senior faculty di Institute
of Religious Education and Pastoral Ministry.
[2] Istilah praxis (praksis) secara terperinci dibahas oleh Groome dalam Bab
Delapan Buku ini. Secara ringkas praksis dapat dipahami sebagai “tindakan
reflektif”, yakni praktik yang diinformasikan oleh refleksi teoretis atau
sebaliknya, refleksi teoretis yang diinformasikan oleh praktik. Groome lebih
suka memakai istilah praxis di sini
daripada kata yang lebih lazim practice (praktik)
karena istilah yang disebut belakangan sangat sering memiliki konotasi keahlian
atau teknik, atau sesuatu yang dilakukan sebagai aplikasi teori dan dengan
demikian, pada kenyataannya, didikotomikan dari teori. Istilah praxix berusaha mempertahankan teori dan
praktik bersama-sama sebagai dua saat yang saling memperkaya dari kegiatan
manusia yang sama yang dilakukan dengan sengaja.
Lakukan apa yang anda pikirkan dan tuliskan, selanjutnya pikirkanlah dan tuliskanlah apa yang telah anda lakukan ...praxis
BalasHapus